Pak Wawi Bagikan Pengalaman Pertama Mengemudikan Bus Listrik Bekasi-Yogyakarta

Featured Image

Pengalaman Pertama Mengemudikan Bus Listrik Jarak Jauh

Wawiyanto, seorang sopir bus dari PO Sumber Alam, telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam mengemudikan bus antar kota antar provinsi (AKAP). Dari tahun 2004 hingga saat ini, ia telah terbiasa dengan suara mesin diesel yang menggerung dan persneling yang harus dioperasikan secara manual. Namun, pada tahun ini, ia mendapatkan pengalaman baru yang sangat berbeda, yaitu mengemudikan bus listrik untuk rute pertama di Indonesia.

“Awal-awal beralih dari solar ke listrik, rasanya benar-benar berbeda. Lebih nyaman karena tidak perlu menggunakan persneling, hanya matik. Selain itu, tidak perlu memikirkan pembelian solar,” ujarnya saat ditemui.

Bus listrik hasil kolaborasi Kalista dan PO Sumber Alam ini melayani rute Bekasi-Yogyakarta dengan jarak tempuh rata-rata 541 km. Meskipun harus berhenti dua kali untuk melakukan pengisian daya, waktu tempuhnya tetap berkisar antara 11 hingga 12 jam, setara dengan bus konvensional karena pengisian daya dilakukan bersamaan dengan istirahat penumpang.

Perbedaan Teknis dan Kenyamanan

Pak Wawi mengaku tidak kesulitan beradaptasi dengan bus listrik meski ada beberapa perbedaan teknis dibandingkan dengan bus solar. Salah satu hal yang menonjol adalah penggunaan rem. “Ngeremnya lebih nyaman. Pada mesin diesel biasanya ada engine brake, tapi untuk bus listrik cukup menginjak rem saja sudah halus. Awalnya sempat ingin mengoper gigi, padahal cukup menekan gas saja, justru lebih enak,” katanya.

Selain itu, akselerasi bus listrik juga lebih baik dalam menyalip kendaraan lain di jalur antar kota. Ia juga merasa lebih ringan dalam mengemudikan bus listrik karena tidak perlu mengoper gigi seperti pada bus konvensional.

Kenyamanan kabin juga menjadi salah satu hal yang membuatnya senang. “Penumpang bilang AC-nya lebih dingin, suspensinya lebih empuk, dan tidak ada suara gemerlap. Jadi lebih senyap dan tidak berisik seperti biasanya,” tambahnya.

Proses Pengisian Daya dan Kesiapan Sopir

Soal waktu pengisian daya, Pak Wawi mengatakan bahwa tidak menjadi masalah besar karena dilakukan bersamaan dengan waktu istirahat penumpang. “Jadi ketika penumpang makan, bus sedang dicas selama sekitar satu jam. Kami juga bisa istirahat dan makan sambil menunggu, jadi masih oke. Total perjalanan kurang lebih sama dengan bus solar,” jelasnya.

Ia termasuk salah satu dari empat sopir yang dipilih untuk mengemudikan armada listrik ini sejak Mei lalu. “Manajemen langsung menunjuk kami karena dianggap sabar dan mampu membawa. Jadi ya dipercaya,” ujarnya dengan bangga.

Meskipun awalnya kaget karena terbiasa dengan transmisi manual, kini ia merasa bus listrik jauh lebih memudahkan pekerjaannya. “Harapan saya sih semoga terus dilanjutkan. Nyaman dan tidak capek. Kalau saya pribadi, pengennya terus bawa bus listrik,” tutupnya.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال